Minggu, 14 Februari 2016

FALSAFAH REVOLUSI KEBUDAYAAN DI PRANCIS



FALSAFAH REVOLUSI KEBUDAYAAN DI PRANCIS
Sebuah jawaban atas fenomena kebudayaan modern yang mempengaruhi dunia


M
engapa revolusi kebudayaan itu terjadi di prancis. Dan kenapa revolusi itu terjadi pada abad 18. Pada dasarnya sauatu perubahan tatanan kebudayaan dari klasik menuju modern itu tak bisa blepas dari factor-faktor pendukungnya. terjaadinya revolusi itu di latarbelakangi oleh kekuatan yang sangat kuat yang mampu merubah tatanan kebudayaan itu. Factor besar yang menentukan revolusi itu, menurut hemat saya ada 3 yaitu, pertama ditemukanya mesin mesiu yang menandakan berakhirnya kekuasaan feudal. Yang membentengi dirinya dengan kekuatan penghancur. Kedua mesin cetak. Berati bahwa pengetahuan tidak hanya eksklusif milik elit penguasa, melainkan sudah saatnya pengetahuan dan informasi menyebar ke seluruh lini masyarakat. Yang ketiga adalah penemuan kompas. Yang menandakan akan dimulainya pengembaraan dan perjalanan yang massif. Nah dari tiga factor itu sangat memungkinkan suatu perkembangan yang lebih dinamis kearah modernitas, dari factor pendukung inilah masyarakat modern akan terbentuk dan menurut saya dari perkembangan ini akan melahirkan suatu kebiasaan hidup yang baru. Yang akan ditaandai dengan berubahnya konstruksi social dan ekonomi serta perubahan cara berpikir manusia di sana. Dan tentunya perubahan ini akan penulis sambung dengan penjelasan di bawah ini.
1.      Perubahan ekonomi yang menjadi sebab adanya kapitalisme dan revolusi industri.
            Pada hakikatnya kapitalisme dalam produksi mempunyai tujuan untuk menambah modal, bukan untuk makan sendiri. selama produksi ekonomis (alamiah, masa prakapitalis)  pada dasarnya produksi ini adalah untuk memenuhi kebutuhanya sendiri. dan ini masih dalam batas-batas alamiah. Nah dalam kapitalisme baru batas-batas ini lebur dan hilang karna orientasi dari kapitalisme ini adalah modal bukan kebutuhan sendiri. Karna modal dapat di akumulasikan tanpa batas. Sehinga semakin besar modal maka akan semakin besar kedudukanya dalam proses produksi(main saham). System pikir ini sangat berbeda dengan pikiran produksi prakapitalis. Karna dulu tujuan mereka berproduksi hanya untuk memperluas produksinya dan menguasai pasaran dan itu juga sangat dinamis. Karna dengan adanya system yang seperti ini. Pada abad ini juga terdapat perubahan pola penelitian. industri kapitalis memaksa teknologi untuk tidak lagi digunakan untuk meneliti alam guna mencari pengetahuan semata (ex;teleskop,tropong), melainkan menerapkan pengatahuan itu untuk mengahsilkan teknologi yang mendukung proses industry.
2.      Penemuan subjektivitas modern (manusia sebagai subjek bukan objek)
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa posisi manusia ialah sebagai subjak yang memandang alam, manusia, tuhan dan berbagai realitas yang ada, kesadaran diri manusia inilah yang di pandang sebagai subjek yang terus berpikir secara sadar. Ini sesuai dengan pengertian makna “subjek” menurit Hegel dan Sartre. Menurut hegel (1770-1832) manusia itu bukan subtansi melainkan subjek, subtansi disini dalam arti bahwa manusia adalah benda (bukan jiwa) atau lebih bersifat fisik yang cenderung di kendalikan oleh factor-faktor diluar dirinya. Manusia yang sekarang lebih menjiwai dirinya sebagai subjek, akan menjadi pusat kesadaran dan akan mengendalikan sesuatu yang ada di dunia. Contoh hujan lebat akan membuat orang-orang yang beraktivitas terhenti. Sementara jika manusia sebagai subjek ia akan mencari alternative untuk mensiasati, agar dirinya tetap dapat beraktivitas. Namun jika manusia sebagai objek ia akan cenderung berhenti beraktivitas dan menunggu sampai hujan reda. Disini dimaksudkan nahwa manusia adalah sebagai pusat pengendali atas dirinya. Untuk pengendalian terhadap alam penulis yakin bahwa pembaca lebih mampu dalam menerangkan hal ini. Secara sederhana penulis mengatakan bahwa ini adalah konsep kholifatullah fil ardi, yang berati bahwa manusia harus mengambil sikap yang arif dan mampu mengelola dunia yang di wariskan oleh Tuhan dengan kesempurnaanya. Jadi manusia itu tidak sekedar hadir di dunia melainkan ia adalah utusan tuhan yang secara sadar akan memimpin dunia, dengan berpikir, berefleksi dan mengambil jarak secara kritis, bebas dan bertanggung jawab.
            Dalam pengertian yang lebih arogan. Penulis katakan bahwa abad renaisans pasca revolusi prancis itu dalam prosesnya adalah perwujudan konsep kholifatillah fil ardi, bagaimana tidak, sederhananya konstruksi budaya yang menempatkan manusia sebagai subjek ialah bagian penting dari syarat manusia sebagai kholifah. Karna konstruksi budaya yang telah terbangun benar-benar menepatkan dan memandang manusia sebagai pemimpin entah kepada diri-sendiri ataupun orang lain. nah keadan inilah yang akan menyumbang terhadab budaya modern yang lebih berbudaya demokratis dan mempunyai etos kerja tinggi. Dan selanjutnya manusia adalah penentu segalanya di bawah tuhan.
3.      rasionalisme
Rasionaisme adalah inti dari polapikir budaya modern, isme ini bermaksud menuntut agar semua claim dan wewenang di pertangungjawabkan secara argumentative. Dengan argument yang tidak didasarkan pada keyakinan semata. Tetapi argument ini harus di dasarkan pada sesuatu yang logis. Karna term kebenaran yag diyakini oleh kaum rasionalis ini adalah sesuatu itu katakanlah benar, jika dapat dibuktikan dengan akal dan kebenaran itu dianggap sah apabila ada kesepakatan yang rasional(ijmak).
Ciri-ciri rasionalisme
a.      Kepercayaan pada kekuatan akal budi manusia.
Ini adalah suatu kepercayaan bahwa segala apa yang Nampak itu pada adasarnya adalah rasional. Dan semua yang tidak dapat dibuktikan dengan akal itu dianggap tdak ada. Namun perlu kita inggat bahwa pada dasarnya sesuatu yang ada itu tidak mungkin dapat di lihat dari satu dimensi saja. Dimensi rasional hanyalah satu diantara kekuatan manusia yang diberikan tuhan untuk memahami ciptaanya. Dan segala apa yang ada itu pasti dapat di buktikan dan  akan terlihat juga. Jika kita mau melihat dari dimensi yang lain pula. Karna tidak mungkin satu dari 4 arah itu bisa melihat segalanya tanpa batas.
Dengan adanya rasionalisme ini dapat dikatakan bahwa budaya rasionalisme menolak paham yang masih patuh kepada dogma. Pada masa itu masayarakat mengklaim bahwa mereka telah melewati masa-masa yang diselimuti dengan kegelapan, karna tunduk dan percaya terhadap dogma gereja, yang memaksa mereka untuk meyakini ajaranya. Dan tak boleh ada yang membantahnya. (taklid). Dengan ini mereka optimis akan menjadi budaya yang maju dengan kesempurnaamn moral(etika).
b.      Penolakan terhadap tradisi, dogma, dan otoritas.
Dalam bidang agama, adanya dogma yang di kuasai oleh otoritas religious, yang mendasarkan dogma itu atas dasar kitab suci. Pada perkembanganya dan pada masa ini pula mulai di pertanyakan kebenaraya. Mereka mulai malakukan pemikiran kritis dan melakukan metode kritik literer(harfiah), sejarah dan hermenetika. Satu yang khas dari keagamaan pada zaman Aufklarung adalah agama direduksi hanya sebagai ajaran moral belaka. Jadi yesus hanya dijadikan panutan hidup yang baik dalam arti moral.
Pendekatan rasionalisme ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap ilmu-ilmu pengatahuan. Karna jika kita lihat pada abad 16 dan 17 ilmu-ilmu alam itu di jalankan secara dogmatis. Dan dalilnya didasarkan pada pemikiran ahli pada abad zunani kuno, terutama aristoteles. Tentu saja ilmu-ilmu pengetahuan semacamitu mandul. Dan ingat bahwa rasionalisme menolak jika tradisi digunakan sebagai dasar ilmu pengatahuan.
c.       Mengembangkan metode baru dalam ilmu pengetahuan.
Sesuatu yang mengindikasikan adanya modernitas adalah di temukanya metode baru dalam ilmu pengetahuan. Yang pada hakikatnya hanya terdiri dari 2 unsur yaitu pengamatan dan experiment. Dalam contoh seorang ilmuwan yang telah mengamati penemuanya di alam, melakukan experiman, ia mencampurkan 2 unsur kimia yang di temukanya. Jadi bisa di ketahui gerak benda alamiah, perubahan benda kimia apa yang akan terjadi jika 2 zat di campurkan, dan sebagainya. Nah dalam metode ini mereka lebih menekankan experiment daripada hanya berspekulasi seperti ilmu filsafat dan sosial zaman dulu.
d.      Sekularisasi
Dimaksudkan Dalam artian ini bahwa sekularisasi adalah suatu idiologi dan sikap hidup yang dengan tajam membedakan antara tuhan dan dunia, dan mengangap dunia’ sebagai sesuatu yang dunawi saja. Sekularisasi ini tidak mengakui unsur-unsur keramat dan gaib dari dunia. Nah karna paham sekularisasi ini serig di pertanyakan, ada baiknya saya perjelas dengan alasan yang tepat.
Pada mulanya istilah sekularisasi ini mempunyai arti  yang jelas. Yaitu; Penyitaan tanah dan gedung-gedung milik gereja. Dalam artian bahwa kekayaan duniawi yang dimiliki gereja di beberapa Negara eropa itu di sita oleh Negara. Di jerman misalnya.
Tetapi pada zaman sekarang ini kata sekularisasi itu sering di maknai dengan mundurnya dimensi kekuatan adiduniawi dari segala lingkungan duniawi. Sebenarnya makna sekularisasi ini harus di bedakan dengan TEGAS dengan sekularisme. Karna pada dasarnya sekularisme adalah sikap yang menentang pengaruh agama atas kehidupan masyarakat. Dalam artian ini adalah sikap anti agama. Sedangkan sekularisasi itu dapat di sebut penduniawian dunia. Sebagai pendewasaan dan kemandirian bidang bidang duniawi terhadap percampuran alam adiduniawi. Sebagai itu sekularisasi tidak bertentangan dengan agama monoteis. Malahan dapat di katakan sebagai implikasi kesadaran akan trsnsendensi allah. Allah sebagai pencipta tidak mungkin tercampur dengan dunia sebagai ciptaanya, kata dr.franz magnis. Namun sekularisasi ini memang bertentangan dengan paham tradisional, yang mengangap kesatuan antara manusia, alam dan tuhan mempunyai kesatuan hubungan yang sangat erat. Bagi manusia modern. 3 hubungan antara tuhan, alam dan manusia itu sudah tidak mempunyai hubungan secara langsung lagi. 
Sekularisasi dalam perkembanganya sangat terasa pada 3 bidang.
1.      Demitologisasi sejarah.
Jadi sejarah dan mitos dipisahkan secara TEGAS. Walaupun motodologi ilmu sejarah sudah canggih. Namun dalam artian tertentu cita-cita sejarahwan ini ingin mencari data sejarah dengan sebenar-benarnya. Dan sesuai dengan apa yang terjadi menurut akal sehat.
2.      Alam kehilangan sifat ghaib.
Orang modern pada zaman ini tidak mungkin percaya akan hal-hal yang misterius(silahkan di ingat 3 periodisasi manusia). Namun jika kita lihat realitas pada zaman ini. Banyak manusia modern yang dengan jelas tidak mengakui tahayul, namun dalam ketidaksadaranya mereka masih mempercayai hal-hal yang ghaib. Namun mereka menyembunyikanya demi mematuhi norma-norma modernitas.  
3.      Terpisahnya antara Negara dan agama.
Dalam artian khusus bahwa agama tidak menjadi system yang mengatur negara. Dan Negara secara khusus tidak memilih agama sebagai dasar idiologinya. Namun dasar idiologi Negara ini di tempatkan di atas prinsip kamanusiaan. Dan agama ditempatkan sebagai penyempurna kehidupan bermasyarakat di dalam bernegara.