FALSAFAH REVOLUSI KEBUDAYAAN DI PRANCIS
Sebuah jawaban atas fenomena kebudayaan modern yang mempengaruhi dunia
engapa revolusi kebudayaan itu terjadi di prancis. Dan kenapa
revolusi itu terjadi pada abad 18. Pada dasarnya sauatu perubahan tatanan
kebudayaan dari klasik menuju modern itu tak bisa blepas dari factor-faktor
pendukungnya. terjaadinya revolusi itu di latarbelakangi oleh kekuatan yang
sangat kuat yang mampu merubah tatanan kebudayaan itu. Factor besar yang
menentukan revolusi itu, menurut hemat saya ada 3 yaitu, pertama ditemukanya
mesin mesiu yang menandakan berakhirnya kekuasaan feudal. Yang membentengi
dirinya dengan kekuatan penghancur. Kedua mesin cetak. Berati bahwa pengetahuan
tidak hanya eksklusif milik elit penguasa, melainkan sudah saatnya pengetahuan
dan informasi menyebar ke seluruh lini masyarakat. Yang ketiga adalah penemuan
kompas. Yang menandakan akan dimulainya pengembaraan dan perjalanan yang
massif. Nah dari tiga factor itu sangat memungkinkan suatu perkembangan yang
lebih dinamis kearah modernitas, dari factor pendukung inilah masyarakat modern
akan terbentuk dan menurut saya dari perkembangan ini akan melahirkan suatu
kebiasaan hidup yang baru. Yang akan ditaandai dengan berubahnya konstruksi
social dan ekonomi serta perubahan cara berpikir manusia di sana. Dan tentunya
perubahan ini akan penulis sambung dengan penjelasan di bawah ini.
1.
Perubahan
ekonomi yang menjadi sebab adanya kapitalisme dan revolusi industri.
Pada hakikatnya kapitalisme dalam
produksi mempunyai tujuan untuk menambah modal, bukan untuk makan sendiri.
selama produksi ekonomis (alamiah, masa prakapitalis) pada dasarnya produksi ini adalah untuk
memenuhi kebutuhanya sendiri. dan ini masih dalam batas-batas alamiah. Nah
dalam kapitalisme baru batas-batas ini lebur dan hilang karna orientasi dari
kapitalisme ini adalah modal bukan kebutuhan sendiri. Karna modal dapat di
akumulasikan tanpa batas. Sehinga semakin besar modal maka akan semakin besar
kedudukanya dalam proses produksi(main saham). System pikir ini sangat berbeda
dengan pikiran produksi prakapitalis. Karna dulu tujuan mereka berproduksi hanya
untuk memperluas produksinya dan menguasai pasaran dan itu juga sangat dinamis.
Karna dengan adanya system yang seperti ini. Pada abad ini juga terdapat
perubahan pola penelitian. industri kapitalis memaksa teknologi untuk tidak
lagi digunakan untuk meneliti alam guna mencari pengetahuan semata (ex;teleskop,tropong),
melainkan menerapkan pengatahuan itu untuk mengahsilkan teknologi yang
mendukung proses industry.
2.
Penemuan subjektivitas modern
(manusia sebagai subjek bukan objek)
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa
posisi manusia ialah sebagai subjak yang memandang alam, manusia, tuhan dan
berbagai realitas yang ada, kesadaran diri manusia inilah yang di pandang
sebagai subjek yang terus berpikir secara sadar. Ini sesuai dengan pengertian
makna “subjek” menurit Hegel dan Sartre. Menurut hegel (1770-1832) manusia itu
bukan subtansi melainkan subjek, subtansi disini dalam arti bahwa manusia
adalah benda (bukan jiwa) atau lebih bersifat fisik yang cenderung di kendalikan
oleh factor-faktor diluar dirinya. Manusia yang sekarang lebih menjiwai dirinya
sebagai subjek, akan menjadi pusat kesadaran dan akan mengendalikan sesuatu
yang ada di dunia. Contoh hujan lebat akan membuat orang-orang yang beraktivitas
terhenti. Sementara jika manusia sebagai subjek ia akan mencari alternative
untuk mensiasati, agar dirinya tetap dapat beraktivitas. Namun jika manusia
sebagai objek ia akan cenderung berhenti beraktivitas dan menunggu sampai hujan
reda. Disini dimaksudkan nahwa manusia adalah sebagai pusat pengendali atas
dirinya. Untuk pengendalian terhadap alam penulis yakin bahwa pembaca lebih
mampu dalam menerangkan hal ini. Secara sederhana penulis mengatakan bahwa ini
adalah konsep kholifatullah fil ardi, yang
berati bahwa manusia harus mengambil sikap yang arif dan mampu mengelola dunia
yang di wariskan oleh Tuhan dengan kesempurnaanya. Jadi manusia itu tidak
sekedar hadir di dunia melainkan ia adalah utusan tuhan yang secara sadar akan
memimpin dunia, dengan berpikir, berefleksi dan mengambil jarak secara kritis,
bebas dan bertanggung jawab.
Dalam
pengertian yang lebih arogan. Penulis katakan bahwa abad renaisans pasca
revolusi prancis itu dalam prosesnya adalah perwujudan konsep kholifatillah fil ardi, bagaimana tidak,
sederhananya konstruksi budaya yang menempatkan manusia sebagai subjek ialah
bagian penting dari syarat manusia sebagai kholifah. Karna konstruksi budaya
yang telah terbangun benar-benar menepatkan dan memandang manusia sebagai
pemimpin entah kepada diri-sendiri ataupun orang lain. nah keadan inilah yang
akan menyumbang terhadab budaya modern yang lebih berbudaya demokratis dan mempunyai
etos kerja tinggi. Dan selanjutnya manusia adalah penentu segalanya di bawah
tuhan.
3.
rasionalisme
Rasionaisme adalah inti dari polapikir budaya modern, isme
ini bermaksud menuntut agar semua claim dan
wewenang di pertangungjawabkan secara argumentative. Dengan argument yang tidak
didasarkan pada keyakinan semata. Tetapi argument ini harus di dasarkan pada
sesuatu yang logis. Karna term
kebenaran yag diyakini oleh kaum rasionalis ini adalah sesuatu itu katakanlah
benar, jika dapat dibuktikan dengan akal dan kebenaran itu dianggap sah apabila
ada kesepakatan yang rasional(ijmak).
Ciri-ciri rasionalisme
a.
Kepercayaan
pada kekuatan akal budi manusia.
Ini adalah suatu kepercayaan bahwa segala apa yang Nampak itu
pada adasarnya adalah rasional. Dan semua yang tidak dapat dibuktikan dengan
akal itu dianggap tdak ada. Namun perlu kita inggat bahwa pada dasarnya sesuatu
yang ada itu tidak mungkin dapat di lihat dari satu dimensi saja. Dimensi
rasional hanyalah satu diantara kekuatan manusia yang diberikan tuhan untuk
memahami ciptaanya. Dan segala apa yang ada itu pasti dapat di buktikan
dan akan terlihat juga. Jika kita mau
melihat dari dimensi yang lain pula. Karna tidak mungkin satu dari 4 arah itu
bisa melihat segalanya tanpa batas.
Dengan adanya rasionalisme ini dapat dikatakan bahwa budaya
rasionalisme menolak paham yang masih patuh kepada dogma. Pada masa itu
masayarakat mengklaim bahwa mereka telah melewati masa-masa yang diselimuti
dengan kegelapan, karna tunduk dan percaya terhadap dogma gereja, yang memaksa
mereka untuk meyakini ajaranya. Dan tak boleh ada yang membantahnya. (taklid). Dengan ini mereka optimis akan
menjadi budaya yang maju dengan kesempurnaamn moral(etika).
b.
Penolakan
terhadap tradisi, dogma, dan otoritas.
Dalam bidang agama, adanya dogma yang di kuasai oleh otoritas
religious, yang mendasarkan dogma itu atas dasar kitab suci. Pada
perkembanganya dan pada masa ini pula mulai di pertanyakan kebenaraya. Mereka
mulai malakukan pemikiran kritis dan melakukan metode kritik literer(harfiah),
sejarah dan hermenetika. Satu yang khas dari keagamaan pada zaman Aufklarung adalah agama direduksi hanya
sebagai ajaran moral belaka. Jadi yesus hanya dijadikan panutan hidup yang baik
dalam arti moral.
Pendekatan rasionalisme ini mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap ilmu-ilmu pengatahuan. Karna jika kita lihat pada abad 16 dan 17
ilmu-ilmu alam itu di jalankan secara dogmatis. Dan dalilnya didasarkan pada
pemikiran ahli pada abad zunani kuno, terutama aristoteles. Tentu saja
ilmu-ilmu pengetahuan semacamitu mandul. Dan ingat bahwa rasionalisme menolak jika
tradisi digunakan sebagai dasar ilmu pengatahuan.
c.
Mengembangkan
metode baru dalam ilmu pengetahuan.
Sesuatu yang mengindikasikan adanya
modernitas adalah di temukanya metode baru dalam ilmu pengetahuan. Yang pada
hakikatnya hanya terdiri dari 2 unsur yaitu pengamatan dan experiment. Dalam contoh seorang ilmuwan yang telah
mengamati penemuanya di alam, melakukan experiman, ia mencampurkan 2 unsur
kimia yang di temukanya. Jadi bisa di ketahui gerak benda alamiah, perubahan
benda kimia apa yang akan terjadi jika 2 zat di campurkan, dan sebagainya. Nah
dalam metode ini mereka lebih menekankan experiment daripada hanya berspekulasi
seperti ilmu filsafat dan sosial zaman dulu.
d.
Sekularisasi
Dimaksudkan Dalam artian ini bahwa
sekularisasi adalah suatu idiologi dan sikap hidup yang dengan tajam membedakan
antara tuhan dan dunia, dan mengangap dunia’ sebagai sesuatu yang dunawi saja.
Sekularisasi ini tidak mengakui unsur-unsur keramat dan gaib dari dunia. Nah
karna paham sekularisasi ini serig di pertanyakan, ada baiknya saya perjelas
dengan alasan yang tepat.
Pada mulanya istilah sekularisasi
ini mempunyai arti yang jelas. Yaitu; Penyitaan tanah dan gedung-gedung milik
gereja. Dalam artian bahwa kekayaan duniawi yang dimiliki gereja di
beberapa Negara eropa itu di sita oleh Negara. Di jerman misalnya.
Tetapi pada zaman sekarang ini kata
sekularisasi itu sering di maknai dengan mundurnya dimensi kekuatan adiduniawi dari segala lingkungan
duniawi. Sebenarnya makna sekularisasi ini harus di bedakan dengan TEGAS dengan
sekularisme. Karna pada dasarnya sekularisme adalah sikap yang menentang
pengaruh agama atas kehidupan masyarakat. Dalam artian ini adalah sikap anti
agama. Sedangkan sekularisasi itu dapat di sebut penduniawian dunia. Sebagai
pendewasaan dan kemandirian bidang bidang duniawi terhadap percampuran alam
adiduniawi. Sebagai itu sekularisasi tidak bertentangan dengan agama monoteis.
Malahan dapat di katakan sebagai implikasi kesadaran akan trsnsendensi allah.
Allah sebagai pencipta tidak mungkin tercampur dengan dunia sebagai ciptaanya,
kata dr.franz magnis. Namun sekularisasi ini memang bertentangan dengan paham
tradisional, yang mengangap kesatuan antara manusia, alam dan tuhan mempunyai
kesatuan hubungan yang sangat erat. Bagi manusia modern. 3 hubungan antara
tuhan, alam dan manusia itu sudah tidak mempunyai hubungan secara langsung
lagi.
Sekularisasi dalam perkembanganya
sangat terasa pada 3 bidang.
1.
Demitologisasi
sejarah.
Jadi
sejarah dan mitos dipisahkan secara TEGAS. Walaupun motodologi ilmu sejarah
sudah canggih. Namun dalam artian tertentu cita-cita sejarahwan ini ingin
mencari data sejarah dengan sebenar-benarnya. Dan sesuai dengan apa yang
terjadi menurut akal sehat.
2.
Alam
kehilangan sifat ghaib.
Orang
modern pada zaman ini tidak mungkin percaya akan hal-hal yang misterius(silahkan
di ingat 3 periodisasi manusia). Namun jika kita lihat realitas pada zaman ini.
Banyak manusia modern yang dengan jelas tidak mengakui tahayul, namun dalam ketidaksadaranya
mereka masih mempercayai hal-hal yang ghaib. Namun mereka menyembunyikanya demi
mematuhi norma-norma modernitas.
3. Terpisahnya antara Negara dan agama.
Dalam
artian khusus bahwa agama tidak menjadi system yang mengatur negara. Dan Negara
secara khusus tidak memilih agama sebagai dasar idiologinya. Namun dasar
idiologi Negara ini di tempatkan di atas prinsip kamanusiaan. Dan agama ditempatkan
sebagai penyempurna kehidupan bermasyarakat di dalam bernegara.