Selasa, 27 Januari 2015

BERFILSAFAT HUMOR #5

NSIAPA ?INI DI PINTU SURGA M
Inilah suatu pasase terkenal dari Nietzsche. Terdapatlah seorang laki-laki muda berkumis tebal. Dia membawa lentera yang menyala sambil berseru-seru, “aku cari Tuhan! Aku cari Tuhan!”.
Orang-orang kaget dan tertawa. “mencari Tuhan pake lampu dia! Ha ha…. Sudah gila dia, meski miring otaknya!” kata orang-orang itu.
Tapi yang ditertawakan tidak gentar, dia berseru terus, “kemana perginya Tuhan?” teriaknya. Kemudia dijawabnya sendiri, “Tuhan sudah mati! Kita telah membunuh dia, kalian dan aku. Kita semua adalah pembunuhnya.”
Dan kini tibalah Nietzsche didepan pintu surga. Sang penjaga surga mengenalinya.
“berhenti! Hai Nietzsche, kamu seorang atheis. Kamu tidak boleh hidup disurga.
“siapa bilang aku mau hidup disruga. Aku sedang mencari Tuhan. Aku tidak berhasil membunuh-Nya didunia,” jawab Nietzsche.
HEGELIAN KANAN DHEGELIAN KIRI  B
Dua orang pendukung Hegel bertemu. Yang satu Hegelian kanan satunya Hegelian kiri. Keduanya kemudian berdiskusi tentang pemikiran Hegel. Hegelian kanan menafsirkan pemikiran Hegel sesuai pemahaman protestan yang berimplikasi mendukung Negara Prusia. Hegelian kanan melahirkan Nazisme. Sementara Hegelian kiri menekankan aspek rasional dan kebebasan dalam pemikiran Hegel. Dengan pemahaman ini Hegelian kiri bersikap kritis terhadap Negara Prusia. Pada akhirnya Hegelian kiri ini melahirkan komunisme.
Mulanya diskusi berjalan kondusif. Dua orang tersebut mengemukakan pendapatnya secara argumentative dan rasional. Lambat laun diskusi menjadi tidak terkendali. Tekanan emosi meningkat, muka memerah, kata-kata meninggi, hingga menjurus kesaling membunuh.
Hegel yang hidup didunia Roh Absolut, menjadi cemas melihat kelakuan dua pendukungnya itu. Ia pun turun. Memisah kedua orang tersebut dan bertanya ada apa.
“begini mas Hegel, kami sedang berdebat mengenai pemikiran anda. Hegelian kanan ini menganggap penafsirannya paling benar, “kata Hegelian kiri.
“dia yang ngawur,” jawab Hegelian kanan. “buku yang dia baca bukan buku yang asli. Bukunya banyak yang salah cetak.”
“mana coba saya lihat.” Hegel mengambil buku dari masing-masing. Setelah membuka buku lantas dia berkata lagi.
“Hegelian kanan, kalian membaca bukuku dari kanan kekiri, Hegelian kiri kalian bacanya dari kiri kekanan.”
VREALITAS JOMBLO DAN POLIGAMI
Rasio modern merupakan “subjek yang menyendiri”, jadi, rasio modern ini merupakan rasio yang terkurung dalam dirinya sendiri (cogitotertutup Descartes). Kawan ia tak punya, apalagi pacar. Ia jomblo sejati. Malam minggu tidak pernah kencan. Jarang nongkrong bareng orang. Kita boleh heran : dia sama siapa bergaulnya? Setan? Sampai saat ini sudah tidak terhitung berapa banyak malam minggu yang terlewatkan dengan jomblo. Marquez menulis novel berjudul One Hundred Years of Solitude. Rasio modern itu jomblo sudah lebih lama dari judul novel Marquez tersebut. One Hundred Years of Solitude bisa masuk MURI.
Maka, setelah waktu yang lama itu, rasio modern berkehendak merubah haluan. Sepertinya aku terlalu asik dengan diriku sendiri. Bukankah aku hidup bersama dengan orang lain? Bagaimana jika kau mencoba menyapa orang lain? Etapa mempesona bertemu dengan kemungkinan baru? Kegelisahan-kegelisahan ini memburu rasio modern. Mula-mula ia mulai bergaul dengan orang. Sering nongkrong. Ngopi sesekali sampai pagi. Setelah berjalan beberapa saat, ia merasa belum puas. Aku mau punya pacar. Menarik sepertinya memiliki pacar seperti anak-anak muda itu. Bisa mesra-mesraan, ngomong gombal. Ah, cari pacar saja.
Asik sekali punya pacar, kata rasio modern. Aku tidak kesepian lagi. Aku kini bukan subjek menyendiri lagi, melainkan subjek yang berkomunikasi (Rasio-Komunikatif Habermas). Rasio modern kini mulai rajin menonton TV. Dan beginilah efeknya : kenapa punya pacar cuma satu. Kurang asik. Aku mau poligami.