NSIAPA ?INI DI PINTU SURGA M
Inilah suatu pasase
terkenal dari Nietzsche. Terdapatlah seorang laki-laki muda berkumis tebal. Dia
membawa lentera yang menyala sambil berseru-seru, “aku cari Tuhan! Aku cari
Tuhan!”.
Orang-orang kaget dan tertawa. “mencari Tuhan pake lampu dia! Ha
ha…. Sudah gila dia, meski miring otaknya!” kata orang-orang itu.
Tapi yang ditertawakan tidak gentar, dia berseru terus, “kemana
perginya Tuhan?” teriaknya. Kemudia dijawabnya sendiri, “Tuhan sudah mati! Kita
telah membunuh dia, kalian dan aku. Kita semua adalah pembunuhnya.”
Dan kini tibalah Nietzsche didepan pintu surga. Sang penjaga surga
mengenalinya.
“berhenti! Hai Nietzsche, kamu seorang atheis. Kamu tidak boleh
hidup disurga.
“siapa bilang aku mau hidup disruga. Aku sedang mencari Tuhan. Aku
tidak berhasil membunuh-Nya didunia,” jawab Nietzsche.
HEGELIAN KANAN DHEGELIAN KIRI B
Dua orang pendukung Hegel
bertemu. Yang satu Hegelian kanan satunya Hegelian kiri. Keduanya kemudian
berdiskusi tentang pemikiran Hegel. Hegelian kanan menafsirkan pemikiran Hegel
sesuai pemahaman protestan yang berimplikasi mendukung Negara Prusia. Hegelian
kanan melahirkan Nazisme. Sementara Hegelian kiri menekankan aspek rasional dan
kebebasan dalam pemikiran Hegel. Dengan pemahaman ini Hegelian kiri bersikap
kritis terhadap Negara Prusia. Pada akhirnya Hegelian kiri ini melahirkan
komunisme.
Mulanya diskusi berjalan kondusif. Dua orang tersebut mengemukakan
pendapatnya secara argumentative dan rasional. Lambat laun diskusi menjadi
tidak terkendali. Tekanan emosi meningkat, muka memerah, kata-kata meninggi,
hingga menjurus kesaling membunuh.
Hegel yang hidup didunia Roh Absolut, menjadi cemas melihat
kelakuan dua pendukungnya itu. Ia pun turun. Memisah kedua orang tersebut dan
bertanya ada apa.
“begini mas Hegel, kami sedang berdebat mengenai pemikiran anda.
Hegelian kanan ini menganggap penafsirannya paling benar, “kata Hegelian kiri.
“dia yang ngawur,” jawab Hegelian kanan. “buku yang dia baca bukan
buku yang asli. Bukunya banyak yang salah cetak.”
“mana coba saya lihat.” Hegel mengambil buku dari masing-masing.
Setelah membuka buku lantas dia berkata lagi.
“Hegelian kanan, kalian membaca bukuku dari kanan kekiri, Hegelian
kiri kalian bacanya dari kiri kekanan.”
VREALITAS
JOMBLO DAN POLIGAMI
Rasio modern merupakan “subjek yang menyendiri”, jadi, rasio modern
ini merupakan rasio yang terkurung dalam dirinya sendiri (cogitotertutup
Descartes). Kawan ia tak punya, apalagi pacar. Ia jomblo sejati. Malam minggu
tidak pernah kencan. Jarang nongkrong bareng orang. Kita boleh heran : dia sama
siapa bergaulnya? Setan? Sampai saat ini sudah tidak terhitung berapa banyak
malam minggu yang terlewatkan dengan jomblo. Marquez menulis novel berjudul One
Hundred Years of Solitude. Rasio modern itu jomblo sudah lebih lama dari
judul novel Marquez tersebut. One Hundred Years of Solitude bisa
masuk MURI.
Maka, setelah waktu yang lama itu, rasio modern berkehendak merubah
haluan. Sepertinya aku terlalu asik dengan diriku sendiri. Bukankah aku hidup
bersama dengan orang lain? Bagaimana jika kau mencoba menyapa orang lain? Etapa
mempesona bertemu dengan kemungkinan baru? Kegelisahan-kegelisahan ini memburu
rasio modern. Mula-mula ia mulai bergaul dengan orang. Sering nongkrong. Ngopi
sesekali sampai pagi. Setelah berjalan beberapa saat, ia merasa belum puas. Aku
mau punya pacar. Menarik sepertinya memiliki pacar seperti anak-anak muda itu.
Bisa mesra-mesraan, ngomong gombal. Ah, cari pacar saja.
Asik sekali punya pacar, kata rasio modern. Aku tidak kesepian
lagi. Aku kini bukan subjek menyendiri lagi, melainkan subjek yang
berkomunikasi (Rasio-Komunikatif Habermas). Rasio modern kini mulai rajin
menonton TV. Dan beginilah efeknya : kenapa punya pacar cuma satu. Kurang asik.
Aku mau poligami.